Bupati Hery Nabit juga menyoroti nilai ekologis dalam tradisi ini, yang menunjukkan bahwa leluhur orang Manggarai telah memiliki pemahaman tentang keberlanjutan lingkungan jauh sebelum konsep ekologi dikenal secara modern.
“Dalam tradisi ini, kayu tidak ditebang sembarangan. Ada doa, ada upacara, ada penghormatan. Itu bukti bahwa kita sejak dulu telah mengerti cara menjaga alam. Sekarang tinggal bagaimana kita teruskan dan sesuaikan dengan tantangan zaman,” tegasnya.
Keterlibatan generasi muda dalam ritus ini, sebutnya sangat penting dalam pelestarian upacara adat karena merekalah pewaris budaya yang akan menjaga kelangsungan tradisi diwaktu akan datang.
Di Gendang Pitak, tradisi ini menjadi istimewa karena dihidupkan kembali oleh kolaborasi antara masyarakat adat dan pemerintah daerah.
[embedyt] https://www.youtube.com/embed?listType=playlist&list=UUGAa9GY1fVcBTfjGdBh4cuA&layout=gallery[/embedyt]</p















