“Tergelitik” dengan fakta tersebut maka saya dan rekan-rekan mencoba mencari tahu berapa besar produksi pisang di Kabupaten Manggarai. Hasil penelusan di website Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur, produksi pisang di Kabupaten Manggarai pada tahun 2021 mencapai 293.590 kuintal (Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur).
Seandainya produksi pisang yang melimpah di Manggarai dapat diolah tentu akan mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Berbagai pisang olahan yang dihasilkan membuat harga jual dari pisang mentah menjadi meningkat. Komoditas unggulan dari Ruteng dan Manggarai secara umum tidak lagi sebatas kopi namun juga bertambah dengan kehadiran aneka olahan pisang.
Jika persoalan ini menjadi perhatian serius dari pemerintah daerah maka perekonomian masyarakat akan meningkat. Hal ini tentu akan berdampak pada perbaikan taraf hidup masyarakat dan menekan angka kemiskinan.
Sejak mewabahnya pandemi virus Covid-19, persentase penduduk miskin di Kabupaten Manggarai berada pada kisaran 20 persen. Persentase penduduk miskin pada tahun 2020 mencapai 20,34 persen, pada tahun 2021 mencapai 20,48 persen, sedangkan pada tahun 2022 sebesar 19,84 persen.
Kaum perempuan dapat menjadi motor penggerak perekonomian melalui berbagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu buktinya adalah melalui usaha minuman kopi dan olahan pisang yang kami nikmati selama berada di Ruteng. Bukan hanya menikmati di tempat, kami juga dapat membeli kopi kemasan dan keripik pisang sebagai buah tangan ketika kembali ke Kupang dan berbagi dengan keluarga maupun kolega.
Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dan dibantu oleh pemerintah daerah kepada para pelaku UMKM terutama kaum perempuan. Pertama, permodalan. Barangkali ini masalah klasik yang selalu menjadi momok bagi para pengusaha UMKM. Dana yang seadanya membuat produksi terbatas maka hasil yang didapat pun menjadi tidak optimal.
Subscribe to my channel
