Dia menjelaskan, di setiap sumur PLTP Ulumbu, uap yang muncul dari bawah tanah pada akan diuji atau dites.
“Di setiap sumur itu kita ketahui fluida yang dikandung itu mengandung gas apa saja, kemudian temperatur, tekanan dan macam-macam informasi yang kita peroleh. Apabila melebihi ambang batas spt H2S, maka sumur tersebut tidak akan dimanfaatkan sehingga ditutup. Jadi gak perlu dikhawatirkan mengenai isu adanya H2S,” terang Hendra.
Hendra jelaskan, berdasarkan hasil penelitian di beberapa tempat di seluruh dunia, munculnya H2S itu berasal dari kawan gunung berapi, bukan dari sumur hasil pengeboran seperti di PLTP Ulumbu.
“H2S itu muncul dari kawan gunung berapi yang meletus, yang keluar bersama material lainnya,” jelas dia lagi.
Lalu terkait dengan panas bumi, masih Hendra, apa yang dilakukan oleh PT. PLN adalah memanfaatkan anugerah Tuhan berupa potensi panas bumi untuk kemaslahatan masyarakat sekitar dalam bentuk tenaga listrik.
“Adanya kawah berarti ada panas bumi, yang uapnya kita manfaatkan untuk kebutuhan tenaga listrik,” ungkapnya.
Terkait isu bahwa tingkat kesuburan tanah di sekitar daerah pengoperasian PLTP?
Hendra menandaskan, hal itu pernah disampaikannya beberapa waktu lalu di Ruteng saat sosialisasi.
“itu juga sudah jawab oleh konsultan kami bahwa tidak berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah,” kata dia.
Dia menerangkan, “Mungkin bisa kita bayangkan bahwa yang diambil dari perut bumi itu kan uap yang kita alirkan ke turbin, kemudian kita injeksi lagi ke perut bumi. Jadi tidak ada unsur atau zat-zat yang merusak tanah di sekitar. Itu ndak ada.
Tentang yang dibuang ke udara, lanjutnya itu adalah uap air panas, bukan gas yang berbahaya.