Darmawan menambahkan bahwa hingga tahun 2034, Indonesia menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), di mana 76 persen di antaranya bersumber dari energi baru terbarukan (EBT). Namun, tantangan masih muncul karena ketidaksesuaian antara lokasi sumber daya EBT dan pusat kebutuhan listrik nasional.
Untuk itu, PLN menilai bahwa interkoneksi sistem kelistrikan antarnegara ASEAN merupakan solusi strategis. Dengan jaringan listrik terhubung, negara-negara di kawasan dapat berbagi energi, menjaga kestabilan sistem, serta memperkuat ketahanan energi kolektif.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi di tingkat domestik, regional, dan internasional adalah kunci mewujudkan masa depan energi bersih,” tegas Darmawan.
Diketahui, bahwa pertemuan HAPUA Council di Labuan Bajo menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dalam mendorong integrasi energi hijau kawasan.
Melalui sinergi antarnegara, PLN berharap ASEAN Power Grid dapat menjadi katalis menuju masa depan energi yang lebih bersih, adil, dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Asia Tenggara.
[embedyt] https://www.youtube.com/embed?listType=playlist&list=UUGAa9GY1fVcBTfjGdBh4cuA&layout=gallery[/embedyt]</p















